Cari Blog Ini

MENARIK - MEMAHAMI ADAB SEORANG GURU TERDAHAP DIRINYA


 ADAB SEORANG GURU TERHADAP DIRINYA


1. Muroqobah (merasa selalu di awasi Allah) 

MUROQOBAH

 

 

Muroqobah adalah selalu diawasi yang menciptakan(Allah), baik ketika dalam kesendirian ataupun dihadapkan orang banyak, senantiasa menjaga rasa takutnya kepada Allah dalam aktivitasnya atau dalam kesendiriannya, Karena orang Alim adalah orang yang membawa amanah ilmu  yang di titipkan kepada nya.


dalam Firman Allah

“Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu menghakimi Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu menghakimi amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,sedangkan kamu mengetahuinya”


Surat Al-Maidah: 44

 

مِنْ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَاۤءَۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗوَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ 

الْكٰفِرُوْنَ


“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku”


Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata


“Ilmu bekam sekedar yang dihafal, tapi yang bisa memberi manfaat”


Jika seorang guru hendaknya termasuk adab yang pertama ini adalah selalu bersikap tenang, menjaga wibawa, khusyu, wafa (menjauhi kehidupan yang merusak akan akhirat ya), merendahkan diri kepada Allah serta selalu tunduk dihadapanya


Di antara pesan yang dituliskan Imam Malik kepada Khalifah Harun zat-Rasyid Radhiyallahu anhu jamian


“Jika engkau telah mengetahui suatu ilmu, hendaknya terlihat bekasnya pada dirimu, begitu juga ke tenangnya, sikapnya kewibawaannya serta kesantunannya, karena sabda Nabi :


“Ulama adalah ahli waris para Nabi”


Umar Radhiyallahu Anhu berkata 

 

“Pelajari lah Ilmu dan pelajari pula kewibawaan dari ilmu tersebut”



2. Menjaga Ilmu

MENJAGA ILMU

 


Jika seorang ahli merendahkan ilmu dengan saling pergi dan berjalan ke tempat ‘orang yang tidak berhak’ yaitu orang yang mencintai dunia tanpa ada sesuatu yang bersifat mendesak  ataupun tanpa ada keperluan. Atau pergi ke tempat seorang di antara mereka yang ingin belajar Umi dari dirinya, meskipun kedudukannya orang tersebut agung dan derajatnya tinggi.


Berkata sa-zuhru Rahimahullah 

“Gunanya ilmu ketika seorang alim membawanya ke rumah orang yang belajar”


Jika ada kebutuhan yang mendesak untuk melakukan hal itu atau sesuatu yang sifatnya darurat atau disana ada mashalat (kebaikan) agama yang sangat diharapkan lebih besar dibandingkan kejelekannya yang melariskan melakukan hal itu, dan niatnya baik, maka tidak mengapa Insya Allah 


3. Zuhud Terhadap Dunia


ZUHUD


Seorang guru berupaya bersikap zuhud terhadap dunia dan hendaknya sebisa mungkin ia mengambil bagian yang sedikit dari dunia tersebut selama tidak bermudarat (membahayakan) diri dan keluarganya. Karena segala sesuatu yang diperlukan dari urusan dunia dengan kadarnya dan disertai dengan sifat qona ah bukan termasuk dari urusan yang tercela 


Imam Syafi”i Rahimahullah berkata:

“Seandainya aju berwasiat kepada orang yang paling cerdas maka akan diarahkan kepada orang yang ahli zuhud”


4. Membersikan Ilmu dari tujuan Duniawi


ILMU


Guru harus membersikan ilmunya dari (niat) menjadikannya sebagai tangga untuk mengapai tujuan tujuan dunia seperti : kedudukan,harta, pujian, popularitas, kepemimpinan, merasa lebih unggul dari rekan-rekannya.


Imam Syafi”i Rahimahullah berkata:

“Aku berharap seandainya orang-orang mempelajari ilmu ini akan menyadarkan ya satu huruf pun kepadaku” 


Hendaknya seorang guru membersikan dirinya dari sifat tamak untuk mendapatkan harta, atau pelayanan dari muridnya hanya karena mereka yang mendatanginya dan mengambil ilmu darinya. 

Dahulu Imam Mashur bin Mu”tamir tidak pernah meminta bantuan kepada seorang yang datang kepada nya karena ada satu keperluan”


Berkata Suyfan bin Uyainah Rahimahullah;

“Pernah aku berikan kepahaman Al-Qur”an Ketika aku menerima pemberian dari Sultan Abu Ja’far maka setelah itu , ilmu tersebut di angkat dariku. Aku memohon ampun kepada Allah ampunan-Nya.


5. Menjahukan diri dari Pekerjaan yang Rendah

PENGEMIS

 


Hendaknya seorang guru menjauhkan diri dari pekerjaan rendah, hina secara tabiat manusia. Juga pekerjaan yang makruh atau dibenci (secara adat dan syariat) seperti bekam, menyamak kulit, tukar menukar uang, tukang perhiasan 


Dan juga guru harus menjauhkan diri sari tempat tempat yang bisa mendatangkan per sangka buruk terhadap dirinya dan tidak melakukan sesuatu yang bisa mengurangi muru’ah (harga diri) dari tempat yang tidak di sukai secara dhahir meski secara batin. Hal tersebut membawanya kepada perangsangka buruk, umpatan atau celaan dan perangsangka yang di benci dari manusia serta umpatan yang menimbulkan dosa


6. Menjaga Syi”ar (Identitas) keislaman



MENJAGA KEISLAMAN

Hendaknya seorang guru menjaga syiar-syiar silam, amalan-amalan yang nampak seperti Shalat berjamaah di masjid, menyebarkan salam kepada sesama, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, bersabar atas gangguan orang lain ketika berdakwah. Memberi nasihat kepada penguasa. Dia melakukan hal tersebut ikhlas karna Allah semata.


Maka dari itu sangat berbahaya ketika seorang guru terjerumus kedalam suatu kejelekan, karena akan menimbulkan dampak yang kerusakan yang besar, dikarenakan umat manusia mencontoh perilakunya. 


7. MENJAGA PERKARA YANG DIANJURKAN DALAM SYARIAT


seorang Alim hendaknya menjaga perkara yang dianjurkan dalam syariat berupa perkataan maupun perbuatan, senantiasa membaca Al”Quran, dzikir dengan hati yang lisan, demikian juga doa yang dicontohkan oleh Rasulullah di sepanjang siang dan malam hari tak lupa menjaga amalan yang sunah, baik shalat, puasa, berhaji jika mampu ke baitullah atau bershalawat kepada Nabi.


8. SEMANGAT BERMUAMALAH DENGAN AKHLAK MULIA

 
BERMUAMALAH


Baik halnya menampakkan wajah yang berseri, menyebarkan salam kepada saudara, memberi makan kepada yang membutuhkan, menahan amarah dari apapun, tidak mengolok ataupun mengganggu orang lain. Berempati atau menolongnya kepada kesulitan apapun, mendahulukan kepentingan saudara sesama muslim, tidak egois, berlaku adil, tidak curang, berusaha memenuhi kebutuhan orang lain, menggunakan kedudukan untuk kepentingan orang lain, lemah lembut kepada orang fakir, menyayangi tetangga dan kerabat, membantu menolong serta berbuat baik kepada murid. 


9. MENYUCISAKAN JIWA DAN RAGANYA


dengan Menjalani kehidupan dengan akhlak yang mulia di antara akhlak yang jelek adalah khianat, hasad, lalim, marah bukan karena Allah, curang, sombong, Riya, bangga diri, sum’ah, pelit, keji, kufur nikmat, serakah, angkuh, dan sombong 


Seorang guru hendaknya jangan  berlomba-lomba dalam urusan dunia, serta berbangga dengan dunia, penjilat, bermuka dua, menyukai pujian sesuatu yang tidak ia kerjakan, menutup mata dari aib sendiri, sibuk mencari aib orang, memandang rendah orang lain, fanatik kepada golongannya bukan karena Allah, cinta dan takut bukan karena Allah, ghibah, mengadu domba, berbuat kedustaan, berbohong, berkata yang jelek, merendahkan manusia diantaranya manusia meskipun ia berada di bawahnya. 


10. BERUSAHA MENINGKATKAN PEHAMANNYA KAPADA ILMU DENGAN KEYAKINAN DAN KESUNGGUHAN YANV KUAT


Sebaiknya seorang guru selalu bersemangat dalam meningkatkan kualitas ilmu dengan penuh kesungguhan, membiasakan diri dalam mengikuti kebiasaan para ulama seperti ibadah, menuntut ilmu, mengajar, membaca, membaca kepada orang lain, meneliti, berpikir, memberi catatan kaki, menghafal, menulis, membahas.





DEMIKIAN ADAB SEORANG GURU

TERHADAP DIRINYA SENDIRI

SEMOGA KITA SELAKU GURU HARUS SENANTIASA MENJAGA KEHORMATANNYA.

 

 

TERIMAKASIH 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel